10 episodes

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Religion & Spirituality

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Bab I’tidal dan Kesempurnaan Shalat

    Bab I’tidal dan Kesempurnaan Shalat

    Bab I’tidal dan Kesempurnaan Shalat merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Sabtu, 11 Dzulqa’dah 1445 H / 19 Mei 2024 M.















    Bab I’tidal dan Kesempurnaan Shalat







    Dari Al-Bara’ bin Azib Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:







     رَمَقْتُ الصَّلَاةَ مَعَ مُحَمَّدٍ ﷺ فَوَجَدْتُ قِيَامَهُ فَرَكْعَتَهُ فَاعْتِدَالَهُ بَعْدَ رُكُوعِهِ فَسَجْدَتَهُ فَجَلْسَتَهُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ فَسَجْدَتَهُ فَجَلْسَتَهُ مَا بَيْنَ التَّسْلِيمِ وَالِانْصِرَافِ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ.







    “Aku memperhatikan shalat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka aku dapati berdirinya beliau, rukuknya, i’tidalnya setelah rukuk, sujudnya, duduknya di antara dua sujud, sujudnya kembali, dan duduknya beliau antara taslim dan insiraf, itu hampir sama panjangnya.” (HR. Muslim)







    Hadits ini dijadikan hujah oleh sebagian ulama bahwa yang paling utama di dalam shalat adalah kesamaan panjang antara berdiri, rukuk, i’tidal, dan sujud. Hal ini karena terjadi ikhtilaf di kalangan ulama tentang yang paling utama: apakah berdirinya atau memperbanyak rukuk dan sujud, atau sama panjangnya.







    Sebagian ulama mengatakan bahwa yang paling utama adalah memperbanyak rukuk dan sujud. Dalilnya adalah hadits, dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang sahabat: “Mintalah.” Sahabat itu berkata: “Aku minta agar bisa menemanimu di surga, wahai Rasulullah.” Nabi berkata: “Tidak ada yang lain?” Sahabat itu berkata: “Hanya itu saja.” Nabi berkata: ” Kalau begitu, bantulah aku atas dirimu dengan banyak sujud.” Ini menunjukkan bahwa memperbanyak rukuk dan sujud itu lebih utama. Demikian pula hadits yang menyebutkan bahwa setiap kali seorang hamba sujud, Allah mengangkat satu derajat dan gugurkan satu kesalahan. Ini adalah madzhab Ibnu Umar, dimana dia merajihkan bahwa yang paling utama adalah memperbanyak rukuk dan sujud.







    Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang paling utama adalah panjangnya berdiri, terutama untuk shalat malam. Dalilnya adalah hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah shalat satu rakaat dengan membaca surah Al-Baqarah, An-Nisa, dan Ali Imran. Dalam hadits Aisyah juga disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat tahajud dengan berdiri yang panjang sampai kedua kakinya bengkak. Ketika Aisyah bertanya, Rasulullah menjawab: “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?” Ini menunjukkan bahwa yang paling utama adalah panjang berdirinya. Mereka juga menafsirkan hadits yang menyebutkan bahwa Nabi ditanya tentang shalat yang paling utama, dan Nabi menjawab: “Panjangnya Qunut,” yang mereka tafsirkan qunut sebagai panjang berdiri.







    Sebagian ulama lagi mengatakan bahwa yang paling utama adalah kesamaan panjang antara berdiri, rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bara’ bin Azib di atas, dimana ia memperhatikan shalat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mendapati bahwa berdirinya, rukuknya, i’tidalnya, sujudnya, dan duduk di antara dua sujudnya adalah hampir sama. Ini yang dirajihkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah.







    Adapun dalil yang menyebutkan tentang banyak sujud,

    • 56 min
    Kesalahpahaman dalam Memahami Takdir Allah

    Kesalahpahaman dalam Memahami Takdir Allah

    Kesalahpahaman dalam Memahami Takdir Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 08 Dzulqa’dah 1445 H / 16 Mei 2024 M.















    Ceramah Agama Islam Tentang Kesalahpahaman dalam Memahami Takdir Allah







    Ada orang-orang yang salah memahami takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka mengingkari hikmah pada segala perbuatan dan ketentuan takdirNya. Mereka salah memahami dan menetapkan satu keyakinan yang sangat rusak dan buruk, yang mengandung prasangka buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka beranggapan bahwa Allah mungkin saja akan mengadzab atau menyesatkan hamba-hamba yang selalu berpegang teguh pada agamaNya, yang selalu taat menjalankan perintahNya, baik secara lahir maupun batin. Sebaliknya, mereka berpikir bahwa orang-orang yang durhaka dan selalu melakukan perbuatan maksiat dan tidak taat kepada perintahNya justru dijadikan sebagai orang-orang yang dimuliakan di sisi Allah. Jelas ini merupakan prasangka yang sangat buruk dan tidak pantas bagi sifat-sifat keagungan dan kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.







    Imam Ibnu Qayyim Rahimahullahu Ta’ala ketika meluruskan kesalahpahaman ini, beliau berkata bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dan tentu pengabaran dari Allah semuanya benar dan Dia adalah Yang Maha Benar dan Maha Memenuhi janjiNya. Bahwasanya Allah memperlakukan manusia sesuai dengan usaha yang mereka lakukan dan memberikan balasan sesuai dengan amal-amal yang mereka kerjakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







    جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ







    “Sebagai balasan dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Waqi’ah[56]: 24)







    Ini disebutkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga orang yang berbuat baik tidak pernah merasa khawatir Allah akan mendzaliminya atau akan mengurangi haknya. Dia tidak akan khawatir mendapatkan keburukan. Allah tidak akan menyia-nyiakan perbuatan orang yang berbuat baik selama-lamanya dan tidak akan menyia-nyiakan pahala seorang hamba meskipun sebesar biji debu, dan Allah tidak akan mendzaliminya.







    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di Surah An-Nisa ayat ke-40,







    …وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا







    “Jika ada perbuatan baik yang dilakukan seorang hamba, maka Allah akan melipatgandakannya, dan Allah akan memberikan dari sisiNya pahala yang agung.” (QS. An-Nisa'[4]: 40)







    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







    فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ 







    “Barangsiapa yang mengamalkan sebesar biji debu pun satu kebaikan, maka dia akan melihat balasannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Az-Zalzalah[99]: 7)







    Inilah keyakinan yang benar, inilah aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah. Tidak memahaminya hanya dengan berdasarkan pikiran-pikiran yang buruk, tetapi memahaminya berdasarkan dalil, berdasarkan berita yang Allah sampaikan tentang diriNya Yang Maha Sempurna sifat-sifatNya di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat ini.

    • 44 min
    Disyariatkan Memberikan Kabar Gembira – Tafsir Surah Ali Imran 39

    Disyariatkan Memberikan Kabar Gembira – Tafsir Surah Ali Imran 39

    Disyariatkan Memberikan Kabar Gembira – Tafsir Surah Ali Imran 39 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 06 Dzulqa’dah 1445 H / 14 Mei 2024 M.















    Download kajian sebelumnya: Beban Ibu Ketika Mengandung – Tafsir Surah Ali Imran 36







    Disyariatkan Memberikan Kabar Gembira – Tafsir Surah Ali Imran 39







    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







    فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ







    “Maka malaikat pun memanggil Zakariya, saat dia sedang berdiri shalat di dalam mihrab (katanya), ‘Sesungguhnya Allah memberikan kepadamu kabar gembira dengan seorang anak yang bernama Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah, dan akan menjadi sayyid (orang yang mulia bukan karena harta atau kedudukan dunia, tapi mulia dengan ilmu dan amal), ia tercegah dari akhlak-akhlak yang buruk, dan ia seorang nabi dari kalangan orang-orang shalih.'” (QS. Ali ‘Imran[3]: 39)







    Faedah yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:







    Pertama, Isbatul Malaikah: Penetapan akan adanya malaikat.







    Kedua, Malaikat Bisa Berbicara: Para malaikat bisa berbicara dengan suara yang terdengar. Nabi Zakaria dipanggil oleh malaikat.







    Ketiga, Bolehnya Mengajak Bicara Orang yang Sedang Shalat: Malaikat memanggil Nabi Zakaria saat beliau sedang shalat.







    Keempat, Disyariatkan Memberikan Kabar Gembira: Disyariatkan memberikan kabar gembira kepada seseorang dengan apa yang membuatnya gembira. Malaikat berkata, “Allah memberikan kabar gembira kepadamu dengan anak yang bernama Yahya.”















    Ini merupakan perkara yang disyariatkan, baik dalam macam dan jenisnya. Ada manusia-manusia yang Allah pilih menjadi ulama yang akan menjaga syariatNya. Ada juga manusia-manusia yang dipilih oleh Allah untuk menjadi orang shalih yang banyak beribadah kepadaNya. Itu semua Allah yang memberinya.







    Maka apabila antum dipilih oleh Allah untuk menuntut ilmu, Alhamdulillah. Orang-orang yang suka duduk di majelis taklim, cinta ilmu, dan berusaha mengamalkan ilmu, itu termasuk orang-orang yang Allah pilih untuk menjadi orang shalih. Alhamdulillah, jangan sia-siakan pilihan Allah itu terhadap kita. Banyak orang yang sudah dikasih hidayah malah menyia-nyiakannya. Akhirnya, Allah kembali mengambil hidayah tersebut. Na’uzubillah.







    Kelima, Pensucian Maryam dari tuduhan orang Yahudi. Orang Yahudi menuduh Maryam sebagai pelacur. Di sini Allah mengatakan, “Dan Allah akan mensucikan kamu Hai Maryam.” Orang Yahudi mengatakan bahwa Maryam berzina karena tiba-tiba datang membawa anak. Ahlussunah wal Jama’ah meyakini bahwa Maryam tidak berzina, tetapi ini adalah kehendak Allah yang bersifat kauniyah qadariah.







    Keenam, Maryam diberikan oleh Allah keutamaan, bahkan diutamakan di atas seluruh wanita. Namun, terdapat permasalahan apakah Maryam diberikan keutamaan atas seluruh wanita sampai hari kiamat atau hanya di zamannya saja? Kata beliau, ini mengandung dua makna: bisa jadi maksudnya adalah Maryam diberikan keutamaan di atas selu...

    • 23 min
    Menghindari Perdebatan dengan Anak

    Menghindari Perdebatan dengan Anak

    Menghindari Perdebatan dengan Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 06 Dzulqa’dah 1445 H / 14 Mei 2024 M.















    Kajian Tentang Menghindari Perdebatan dengan Anak







    Untuk bisa mempengaruhi, seseorang harus menghindari perdebatan yang sengit, cacian, hinaan, apalagi makian yang menyebabkan munculnya rasa marah dan permusuhan. Sebaliknya, hendaknya kita fokus untuk memecahkan masalah. Kadang-kadang perhatian kita teralihkan kepada hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan dengan masalahnya. Kita mulai emosi, kemudian mengucapkan kata-kata yang tidak berfaedah. Misalnya, “Kamu sudah disekolahkan, kok seperti itu? Kok seperti ini?” atau kata-kata sejenisnya yang seolah-olah kita justru mengungkit-ungkit kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan kepadanya.







    Padahal apa yang sudah kita lakukan kepadanya itu anggaplah sebagai amal shalih. Kedepannya, kita terus berusaha untuk berbuat baik kepada anak-anak kita, bukan justru mengungkit-ungkit. Itu bisa dikategorikan sebagai mannan (mengungkit-ungkit kebaikan).







    Memang boleh menyebutkan kebaikan untuk tujuan pendidikan, tetapi lihat konteksnya. Yaitu konteksnya betul-betul pendidikan dan orang yang mendengar ungkitan kita itu mengerti bahwa ini tujuannya untuk mendidik dan mengarahkannya, bukan untuk merendahkannya.







    Jadi, tidak di setiap momen kita boleh mengungkit kebaikan kepada orang lain dengan alasan ingin memberikan pelajaran. Kadang-kadang, perbedaan antara nasihat dan mempermalukan itu tipis. Begitu juga, perbedaan antara pelajaran dan hinaan. Maka, itu kembali kepada tujuan dan niat kita. Kadang-kadang, tanpa alasan yang jelas, kita mengungkit-ungkit kebaikan. Itu tidak dibenarkan, itu tergolong mannan, yang mana Allah tidak akan melihat pelakunya, tidak berbicara dengannya, tidak menyucikannya dari keburukan, dan baginya adzab yang pedih.







    Biasanya, dalam dialog seperti ini, orang tua yang tidak bisa mengontrol emosinya jatuh dalam hal-hal seperti itu. Mereka mulai mengungkit kebaikan-kebaikannya, apa yang sudah dilakukannya kepada anaknya.







    Jadi, hindari perdebatan. Kita tidak perlu berdebat dengan anak-anak kita. Itu bukan levelnya. Yang perlu dilakukan adalah tukar pikiran, berdiskusi, berdialog, bukan berdebat. Setan biasa menggunakan majelis-majelis debat untuk menggiring seseorang kepada kebatilan atau menjebak seseorang kepada kesalahan.







    Nabi tidak berdebat dengan pemuda yang meminta izin berzina dengan mengatakan, “Apakah kamu tidak tahu zina itu haram?” Nabi juga tidak menyampaikan dalil-dalil yang panjang atau dengan cara menghardik. Nabi tidak memberondongnya dengan hal semacam itu, walaupun zina adalah perkara mendasar yang setiap muslim tahu bahwa itu haram.







    Coba lihat bagaimana dialog Nabi dengan pemuda tersebut. Luar biasa, Nabi tidak mengajaknya debat, tapi berusaha membangkitkan rasa empatinya terhadap orang lain. Dengan demikian, pemuda itu bisa merasakan akibat atau konsekuensi dari perbuatannya. Kadang-kadang orang tidak berpikir sejauh itu, namun setelah tahu, mereka mungkin berpikir ulang untuk melakukan apa yang diinginkannya.







    Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.







    Download mp3 Kajian

    • 49 min
    Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji

    Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji

    Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 06 Dzulqa’dah 1445 H / 14 Mei 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan















    Kajian Tentang Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji







    Pembahasan kita masih pada bab tentang berkhianat dan membatalkan janji. Sudah kita bahas pada pertemuan yang lalu hadits yang pertama yaitu hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    أرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنافِقًا خَالِصًا…







    “Ada empat perkara, yang mana apabila empat perkara ini ada pada diri seseorang maka dia adalah seorang munafik yang murni. Dan barangsiapa yang memiliki salah satu atau dua dari perangai yang empat ini maka dalam dirinya terdapat sifat kemunafikan sehingga dia meninggalkan perangai-perangai buruk tersebut. Empat perangai itu adalah: Kalau diberikan kepercayaan, dia khianat. Kalau berbicara, dia berdusta. Kalau berjanji, dia berkhianat (membatalkan perjanjian secara sepihak). Apabila bertikai, maka dia melampaui batas (berbuat kejahatan).” (Muttafaqun ‘alaih)







    Na’udzubillah, kita bermohon perlindungan pada Allah dari sifat-sifat seperti ini.







    Hadits berikutnya. Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Abdullah bin Umar, dan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhuma. Mereka berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:







    لِكُلِّ غادِرٍ لِواءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ، يُقَالُ: هذِهِ غَدْرَةُ فلانٍ







    “Setiap orang yang berkhianat membatalkan janji akan memperoleh bendera pada hari kiamat, dikatakan kepada manusia: “Inilah bendera pengkhianatan Fulan.” (Muttafaqun ‘alaih)







    Hadits berikutnya. Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ اسْتِهِ يومَ القِيَامَةِ يُرْفَعُ لَهُ بِقَدَرِ غَدْرِهِ، ألاَ وَلاَ غَادِرَ أعْظَمُ غَدْرًا مِنْ أمِيرِ عَامَّةٍ







    “Setiap orang yang berkhianat dan membatalkan janjinya secara sepihak akan memperoleh sebuah bendera di belakangnya pada hari kiamat, bendera itu diangkat sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tiada pengkhianat yang lebih besar pengkhianatannya daripada seorang penguasa yang berkhianat kepada rakyatnya.” (HR. Muslim)







    Dua hadits ini menjelaskan kepada kita tentang betapa besarnya dosa orang yang berkhianat. Dia akan dipermalukan oleh Allah Ta’ala. Kalau di dunia ini mungkin disembunyikan, tidak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu, tetapi di hari kiamat kelak nanti, pengkhianat-pengkhianat yang membatalkan perjanjian secara sepihak akan ditancapkan bendera pengkhianatan. Na’udzubillah.







    Kemudian, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, disebutkan namanya “Ini adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh Fulan bin Fulan.” Jadi, seorang itu disebut namanya dan nama ayahnya. Ini menunjukkan pentingnya seorang anak tahu siapa bapaknya.

    • 1 hr 13 min
    Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam

    Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam

    Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 13 Mei 2024 M / 05 Dzulqa’dah 1445 H.







    Kajian sebelumnya: Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya















    Kajian Tentang Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya







    Nabi Luth ‘Alaihis Salam hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim. Dan Nabi Luth termasuk orang yang beriman dengan kenabian Nabi Ibrahim. Allah Ta’ala berfirman,







    فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ…







    “Luth beriman kepadanya.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 26)







    Kemudian para mufasirin menyebutkan bahwa Nabi Luth adalah keponakan dari Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Luth ‘Alaihis Salam adalah Luth bin Haran bin Tarikh, maka beliau adalah ponakan dari Nabi Ibrahim.”







    Luth ‘Alaihis Salam adalah rasul yang Allah utus. Allah Ta’ala berfirman,







    وَإِنَّ لُوطًا لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ







    “Sesungguhnya Luth adalah salah satu dari para rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. As-Saffat[37]: 133)







    Allah Ta’ala berfirman juga dalam Surah Asy-Syuara ayat 160-163,







    كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ ‎﴿١٦٠﴾‏ إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ ‎﴿١٦١﴾‏ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ‎﴿١٦٢﴾‏ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ ‎﴿١٦٣﴾‏ 







    “Kaum Luth mendustakan para rasul, ketika saudara mereka, Luth, berkata: ‘Tidakkah kalian bertakwa?’ Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Takutlah kalian kepada Allah, dan taatlah kepadaku.'” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 160-163)







    Jelas dari beberapa ayat ini, kita mendapatkan kabar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Luth adalah salah satu rasul yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus.







    Nabi Luth diutus kepada kaum Sodom (سدوم). Luth mendakwahi mereka untuk beribadah hanya kepada Allah semata, dan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Di antara kemungkaran terbesar yang mereka lakukan, yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelum mereka adalah melakukan hubungan laki-laki dengan laki-laki, atau homoseksual. Ini merupakan maksiat yang sangat besar dan mengerikan.







    Namun, ajibnya di zaman sekarang, banyak orang yang mendukungnya. Ada grupnya sekarang, kaum warna-warni. Ini sangat mengerikan.







    Syaikh berkata bahwa dosa ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh siapa pun dari kalangan anak cucu Adam, yakni mereka melakukan homoseksual, mendatangi laki-laki, dan melampiaskan syahwatnya bukan kepada perempuan tetapi kepada laki-laki yang sejenis. Jadi, ini belum pernah terjadi di masa sebelum mereka. Allah Ta’ala berfirman,







    أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ ‎﴿١٦٥﴾‏ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُم مِّنْ أَزْوَاجِكُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ ‎﴿١٦٦﴾







    “Apakah kalian mendatangi (melampiaskan syahwat kepada) laki-laki dari kalangan manu...

    • 1 hr

Top Podcasts In Religion & Spirituality

«Жизнь, полная радости» с Джойс Майер
Джойс Майер
Sermon Series Podcasts
NewHope Church
Coran Arabe Français Rashid Alafasy
Salmi Younes
Faith Fueled Woman  Christian Living and Encouragement for Women and Bible Verses
Kristin Fitch- Christin Life & Wellness Mentor , Christian Podcaster, Mindset Coach, Encourager
Tohi Tapu Fakatonga - Tongan Bible
Vere Pahulu
Monday Motivational Moment with Dr. J
JT Worthy

You Might Also Like

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Cerita Sejarah Islam
Cerita Sejarah Islam Podcast
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Kumpulan Dakwah Sunnah
PodcastSunnah
Kumpulan Khutbah Jum'at Pilihan Dakwah Sunnah
Sahabat Muslim