Cawan Wicara Ryan A. Syakur

Akhir-akhir ini kasus kekerasan, penganiayaan, eksploitasi, pelecehan seksual, hingga penculikan anak kian marak terjadi kembali di sekitar kita. Sepertinya memang kasus kekerasan anak ini masih menjadi PR bagi kita semua. Karena jumlah kasusnya meningkat tiap tahun. Itu yang dilaporkan, bagaimana dengan yang tidak dilaporkan?

Keresahan ini membawa gue ingin ngobrol-ngobrol sama seorang sahabat dari Bandung yang sudah sangat akrab dengan isu perlindungan anak. Dia adalah Titeu Herawati, gue akrab manggilnya Teh Titeu. Kita akan membahas tentang gimana cara membekali anak agar terhindar dari kekerasan di sekitar? Bagaimana tahapannya? Lalu, apa saja yang penting diajarkan ke anak terkait pencegahan terhadap kekerasan ini? Yuk ah disimak! 

Wah Teman Cawan Wicara, sudah setahun lebih kita tidak bersua di udara. Episode 11 ini rekaman dari Obrolan UMKM di RRI Pro 4 pada 2 Februari lalu. Waktu itu saya diundang sebagai narasumber untuk ngobrolin tentang usaha kedai kopi yang sedang saya jalankan kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Gimana sih awal mulanya saya mendirikan Kopincut Jakarta? Bagaimana cara saya bertahan menjalankan Kopincut hingga saat ini? Kira-kira modal bikin Kedai Kopi apa aja sih? Yuk simak obrolan serunya bersama Mbak Mariana Suhendi (Penyiar RRI Pro 4).

Siapa sih yang mau nungguin orang yang gak ada kabarnya? Pasti bikin bete kan ya! 

Di Episode ke 9 Cawan Wicara ini saya ngajak ngobrol Istri saya Yuanna Sisilia (Sisy) tentang passionnya. Ternyata passionnya ini menjadi penyeimbang dari aktivitas rutinnya: Ngantor. Dari passionnya ini, dia menemukan kebahagiaan yang berpengaruh pada dirinya dan juga saya. Passionnya ini pula yang membukakan pintu menemukan banyak sahabat rasa kerabat sampai saat ini. 

Berada di zona nyaman siapa sih yang gak suka? Apalagi kalo kita bicara kerjaan. Tinggal jalan ngikut rutinitas, pagi bangun berangkat kantor, pulang sore begitu tiap hari. Bosen? Ya enggak lah, namanya juga udah nyaman. Di kantor juga udahlah ngikut aja apa maunya si bos. Kritik? Buat apa lagi, wong udah duduk di bangku yang asik asik jos. Bahkan, gaji dibayar telat pun tetap sabar, malah mikir kalo kebanyakan protes malah bisa bisa dipecat dari kantor. 

Coba pikir lagi deh, apa sih yang kita kejar dalam hidup?

Sadar enggak sih, meme seksis telah masuk ke keseharian kita melalui media sosial dan whatsapp. Seakan semua itu lumrah atas nama humor.

Masih belum lepas dalam ingatan gue, meme seksis yang dibagikan oleh salah dua Menteri tentang Covid 19 yang diibaratkan seperti istri. Pejabat kok gitu sih?

Lalu ada pula stiker-stiker yang melakukan objektifikasi terhadap bagian tubuh perempuan tersebar luas di whatsapp group dengan becandaan, berupa meme dan stiker tentang jokes yang memuat penis dan payudara. 

Gue jadi inget kalo waktu itu seorang kawan di Bandung pernah cerita kalo di grup WA-nya pernah juga mengalami kejadian ini. Kali ini gue ngajak ngobrol langsung si empunya cerita, Teh Titeu.

Dengerin yuk!