9 episodes

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

Radio Rodja 756 AM Radio Rodja 756AM

    • Religion & Spirituality
    • 4.0 • 8 Ratings

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah dengan cara-cara yang benar.

    Iman Kepada Para Rasul

    Iman Kepada Para Rasul

    Iman Kepada Para Rasul adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarh Hadits Jibril fi Ta’limiddiin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Iqbal Gunawan, M.A pada Rabu, 22 Syawal 1445 H / 01 Mei 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Iman Kepada Allah















    Kajian Islam Tentang Iman Kepada Para Rasul







    Iman kepada rasul yaitu keimanan kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih di antara hamba-hambaNya para nabi dan para rasul. Yang tentu tujuan Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, memurnikan tauhid hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan surga dan neraka, menurunkan kitab-kitab, dan mengutus para rasul. Tentu tujuan mereka adalah mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan memperingatkan mereka dari bahaya kesyirikan, karena semua nabi, maka pasti tema dakwah pertama mereka adalah,







    …يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ…







    “Wahai kaumku, sembahlah hanya kepada Allah, kalian tidak punya sembahan selain Allah.” (QS. Hud[11]: 84)







    وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ…







    “Dan sungguh telah Kami utus untuk setiap umat seorang rasul agar mereka menyeru, ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah thaghut.'” (QS. An-Nahl[16]: 36)







    Jadi, para rasul adalah manusia-manusia pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih mereka dari kaum mereka, hamba terbaik di antara mereka, untuk mengajak manusia mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla, meninggalkan segala yang disembah selain Allah ‘Azza wa Jalla, dan memberi petunjuk kepada manusia menuju kebenaran, mengeluarkan mereka dari kegelapan, menuju cahaya Allah.







    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







     اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ…







    “Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih dari para malaikat utusan-utusan, juga dari manusia.” (QS. Al-Hajj[22]: 75)







    Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti yang telah berlalu pembahasannya, mengutus malaikat kepada para nabi, seperti Malaikat Jibril dan sebagian malaikat yang lain juga, mereka diberi tugas-tugas tertentu yang mereka adalah utusan-utusan Allah ‘Azza wa Jalla. Juga, Allah memilih dari para manusia utusan-utusan.







    Adapun dari kalangan Jin, maka tidak ada rasul dari kalangan Jin, yang ada di kalangan jin itu adalah para pemberi peringatan, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,







    وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنصِتُوا ۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ







    “Dan ingatlah ketika Kami hadapkan kepadamu wahai Muhammad, sekelompok Jin yang mereka mendengarkan Al-Qur’an. Sekelompok Jin tersebut, ketika hadir mendengar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mereka mengatakan, ‘Diamlah.’ Ketika selesai dibacakan Al-Qur’an kepada mereka, mereka kembali kepada kaumnya, memberi peringatan.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 29)

    • 1 hr 16 min
    Bab Keutamaan Shalat Isya dan Subuh Berjamaah

    Bab Keutamaan Shalat Isya dan Subuh Berjamaah

    Bab Keutamaan Shalat Isya dan Subuh Berjamaah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Sabtu, 26 Syawal 1445 H / 05 Mei 2024 M.















    Bab Keutamaan Shalat Isya dan Subuh Berjamaah







    Kita masuk ke باب: فضل العِشاء والصّبح في جماعة (Bab keutamaan shalat isya dan subuh berjamaah).







    Hadits 324:







    Dari Abdurrahman bin Abi amrah, ia berkata, “Utsman bin Affan masuk ke masjid setelah shalat maghrib, lalu beliau pun duduklah sendirian. Lalu aku pun duduk kepadanya. Lalu Utsman berkata, ‘Hai anak saudaraku, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ في جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ.







    ‘Siapa yang shalat isya berjamaah, maka seakan-akan ia shalat setengah malam, dan siapa yang shalat subuh berjamaah, seakan-akan ia shalat semalam suntuk.'” (HR. Muslim)







    Keutamaan shalat isya dan subuh berjamaah







    Di sini nabi mengabarkan bahwa shalat isya berjamaah itu sama dengan shalat setengah separuh malam, dan shalat subuh berjamaah itu sama dengan shalat semalam suntuk. MasyaAllah. Makanya ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang orang munafik,







     أَثْقَلَ الصَّلَاةِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا







    “Shalat yang paling berat atas orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Seandainya mereka mengetahui bagaimana besarnya pahala yang ada pada shalat isya dan shalat subuh itu (maksudnya berjamaah), pasti mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Ibnu Majah)







    Shalat wajib jauh lebih utama daripada shalat sunnah







    Shalat isya berjamaah, kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sama dengan shalat sunnah setengah malam, dan shalat subuh berjamaah sama seperti shalat sunnah semalam suntuk. Maka dari itu, jangan sampai kita lebih mengejar shalat malam, tapi kemudian melalaikan shalat wajib. Ada orang MasyaAllah shalat tahajud, tapi kemudian shalat subuhnya bablas. Kita katakan, Anda tertipu; Anda lebih mengejar pahala shalat sunnah tetapi melalaikan keutamaan shalat subuh berjamaah.







    Anjuran untuk shalat berjamaah







    Hadits ini menunjukkan anjuran untuk shalat berjamaah. Karena pahala ini didapatkan kalau kita berjamaah. Shalat isya berjamaah, pahalanya sama dengan shalat setengah malam. Berarti, kalau yang shalat isyanya sendirian, dia tidak mendapat pahala ini. Shalat subuh berjamaah seperti semalam suntuk, berarti kalau shalat subuhnya sendirian, tidak mendapat pahala seperti ini. Itu menunjukkan akan keistimewaan shalat berjamaah. Maka kita berusaha semaksimal mungkin semangat untuk pergi shalat berjamaah.







    Keistimewaan shalat isya dan subuh







    Hadits ini menunjukkan keistimewaan shalat isya dan shalat subuh berjamaah, bukan berarti shalat yang lain tidak punya keistimewaan. Shalat ashar punya keistimewaan, dimana shalat ashar disebut oleh Rasulullah sebagai shalatul wustha. Shalat ashar dikhususkan oleh Allah dalam FirmanNya,







    حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَان...

    • 57 min
    Iman Kepada Allah

    Iman Kepada Allah

    Iman Kepada Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarh Hadits Jibril fi Ta’limiddiin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Iqbal Gunawan, M.A pada Rabu, 23 Ramadhan 1445 H / 03 April 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Rukun Islam Kedua: Shalat















    Kajian Islam Tentang Iman Kepada Allah







    Kita sampai kepada bagian hadits yang berbunyi bahwa lelaki yang dia adalah malaikat Jibril yang menjelma sebagai manusia sempurna. Beliau bertanya kepada Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam, “Jelaskan kepadaku, apa itu iman?” Maka Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam menjawab,







    أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ.







    “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-rasulNya, kepada hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir baik dan takdir buruk.”







    Kemudian orang tersebut mengatakan, “Engkau benar.” Kemudian dia melanjutkan pertanyaannya lagi, “Beritahukan kepadaku, apa itu ihsan?” Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,







     أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.







    “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak mampu melakukan hal tersebut, maka yakinlah bahwa Allah senantiasa melihatmu.”







    Lihat juga: Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan







    Pada jawaban Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang iman tentu banyak sekali faedah yang bisa kita petik. Yang pertama, yaitu bahwa rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Iman kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah pondasi/asas dari rukun-rukun iman yang lain. Makanya, rukun-rukun iman yang lain disandarkan kepada iman kepada Allah, bahwa engkau beriman kepada Allah, kemudian malaikatNya, rasul-rasulNya, dan kitab-kitabNya.







    Jadi, rukun iman yang lain adalah cabang dari iman kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tidaklah seorang dikatakan beriman kepada rukun-rukun yang lain kecuali dia beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla, karena selainnya disandarkan kepada Allah; malaikat-malaikat Allah, Utusan-Utusan Allah, kitab-kitab yang Allah turunkan. Maka, siapa yang tidak beriman kepada Allah, maka tidak mungkin dia beriman kepada rukun-rukun iman yang lain.







    Tentunya iman kepada Allah juga mempunyai beberapa rukun, yaitu beriman kepada wujud Allah ‘Azza wa Jalla. Kita harus beriman bahwa Allah itu ada, dan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak didahului dengan ketidakadaan, Allah tidak dikatakan dulu tidak ada kemudian ada, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga tidak akan binasa.







    Jadi, di antara nama-nama Allah adalah Al-Awwal (tidak ada sebelumnya sesuatu), dan Al-Akhir (tidak ada setelahnya sesuatu).







    Adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala ini secara fitrah tentu diakui oleh seluruh manusia, karena tidak ada seorang manusia pun kecuali lahir di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi,

    • 1 hr 22 min
    Beban Ibu Ketika Mengandung – Tafsir Surah Ali Imran 36

    Beban Ibu Ketika Mengandung – Tafsir Surah Ali Imran 36

    Beban Ibu Ketika Mengandung – Tafsir Surah Ali Imran 36 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 21 Syawal 1445 H / 30 April 2024 M.















    Download kajian sebelumnya: Keistimewaan Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran – Tafsir Surah Ali Imran 33







    Beban Ibu Ketika Mengandung – Tafsir Surah Ali Imran 36







    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,







    فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنثَىٰ ۖ وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ‎﴿٣٦﴾‏







    “Ketika istrinya Imran itu telah melahirkan, maka ia berkata, ‘Ya Rabb, sesungguhnya aku telah melahirkan anak wanita,’ dan Allah lebih tahu tentang anak yang ia lahirkan itu, dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita. Dan sesungguhnya aku menamai ia Maryam, dan aku memperlindungkan ia kepadamu dan keturunannya dari setan yang terkutuk.'” (QS. Ali ‘Imran[3]: 36)







    Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah, bahwa di antara faedah ayat ini:







    Beban ibu ketika mengandung







    Bahwasanya seorang ibu lelah dalam mengandung anaknya. Itu ditunjukkan oleh firman Allah وَضَعْتُهَا. Kata وَضَعَ – يَضَع dalam bahasa Arab artinya meletakkan, seakan memberikan makna bahwa itu berat ketika melahirkan, seakan-akan ia telah meletakkan beban yang berat. Maka Ini menunjukkan betapa perjuangan ibu mengandung anak. Oleh karena itulah hak ibu lebih agung daripada hak ayah.







    Hak ibu atas anaknya







    Betapa agungnya hak seorang ibu atas anaknya, karena orang yang berbuat ihsan kepada kamu dan kamu membuat dia lelah, tentu itu yang paling berhak untuk kamu berbuat baik kepadanya. Maka ketika Nabi ditanya oleh seorang sahabat,







    يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ







    “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling paling berhak untuk mendapatkan bagusnya pergaulanku?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Lalu siapa lagi? Nabi menjawab, “Ibumu” Lalu siapa lagi? Nabi menjawab, “Ibumu.” Lalu siapa lagi? Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari).







    Meminta udzur kepada Allah







    Seorang insan meminta udzur kepada Rabbnya apabila ternyata perkara itu terjadi tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Karena istrinya Imran bernadzar bahwa kalau punya anak lelaki, dia ingin agar anaknya dibebaskan dari berbakti kepada orang tua sehingga khusus ibadah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Ternyata tidak seperti yang diharapkan, dia mengharapkan supaya punya anak laki-laki ternyata lahirnya wanita. Karena wanita di zaman itu tidak berkhidmat di masjid, sedangkan yang berkhidmat di masjid adalah laki-laki saja.







    Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.







    Download MP3 Kajian Tentang Beban Ibu Ketika Mengandung – Tafsir Surah Ali Imran 36

    • 43 min
    Setiap Muslim Memiliki Kehormatan

    Setiap Muslim Memiliki Kehormatan

    Setiap Muslim Memiliki Kehormatan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 21 Syawal 1445 H / 30 April 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Diharamkannya Merendahkan Seorang Muslim















    Kajian Tentang Setiap Muslim Memiliki Kehormatan







    Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,







    بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ







    “Cukuplah sebuah kejahatan bagi seseorang tatkala dia menghinakan saudaranya seorang muslim.” (HR. Muslim)







    Ini menunjukkan betapa besar kehormatan seorang muslim. Maka kita tidak dibenarkan untuk menghinakannya.







    Kaum muslimin bermacam-macam. Ada di antara mereka orang-orang yang shalih, taat dan takut kepada Allah. Dan juga ada di antara mereka kaum muslimin yang mungkin melakukan kemaksiatan, atau bid’ah, atau yang menyimpang dari tuntunan Allah dan RasulNya. Mereka para pelaku perbuatan dosa tersebut pun bertingkat-tingkat. Ada di antara pelaku maksiat yang mereka sembunyikan kemaksiatannya, tapi ada di antara mereka yang dengan terang-terangan melakukan kemaksiatan dan bid’ah bahkan mungkin menyeru manusia kepada bid’ahnya. Maka untuk golongan yang kedua ini memang harus diingatkan dan disebutkan.







    Apalagi kalau perbuatan maksiatnya, kejahilan, dan bid’ahnya itu disebarkan, maka tugas seorang muslim yang taat pada Allah, yang berada di atas jalan yang hak, adalah untuk mengingatkan kaum muslimin dari orang-orang seperti ini. Karena kalau tidak diingatkan, maka akan berbahaya, kemungkaran-kemungkaran mereka akan menyebar, kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka seru akan tersebar, dan bid’ah-bid’ah yang mereka lakukan serta seruan mereka kepada bid’ah juga akan tersebar.







    Di sinilah para ulama meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam mengingatkan manusia dari perbuatan pelaku-pelaku maksiat dan bid’ah tersebut.







    Di sini pula pentingnya seorang berbicara dengan ilmu, karena di dalam membantah dan menyanggah, tentu dengan cara yang baik. Kemudian, kita ingatkan perilaku-perilaku yang menyimpang itu kepada kaum muslimin lainnya supaya berhati-hati.







    Kita hidup di dunia yang sudah berbeda jika dibandingkan dengan sekian puluh tahun yang lalu. Hari ini, seorang berbicara, pembicaraannya menyebar seluruh dunia melalui medsos. Maka, kalau dia berbuat yang baik, mengatakan yang baik, mengajak yang kepada kebaikan, maka insyaAllah itu pahala baginya. Tetapi, tatkala dia menyebarkan keburukan, menyebarkan perbuatan kemaksiatan, atau menyebarkan kejahilannya, maka di sini pentingnya kita mengingatkan kepada kaum muslimin, agar berhati-hati kepada orang ini, waspada terhadap pemikiran dan kemaksiatan yang dia sebarkan di tengah-tengah umat.







    Ingat setiap orang akan bertanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang apa yang dia bicarakan, sebarkan, dan ajarkan kepada manusia. Orang yang berjiwa besar dan takut kepada Allah, dia akan mengakui kesalahannya. Jika dia sebarkan di medsos, maka dia akan meminta maaf kepada kaum muslimin juga dimedsos untuk menekan ...

    • 1 hr 10 min
    Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam

    Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam

    Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 20 Syawal 1445 H / 29 April 2024 M.







    Kajian sebelumnya: Taubat dan Istighfar Sebab Kebahagiaan Hamba di Dunia dan Akhirat















    Kajian Tentang Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam







    Nabi Shalih ‘Alaihissalam merupakan seorang rasul yang Allah utus ke kabilah Tsamud. Dalilnya Al-Qur’anul Karim Surah Asy-Syuara,







    كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ ‎﴿١٤١﴾‏ إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ ‎﴿١٤٢﴾‏ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ‎﴿١٤٣﴾‏ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ ‎﴿١٤٤﴾‏ وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعَالَمِينَ ‎﴿١٤٥﴾







    “Kaum Tsamud telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Shalih, berkata kepada mereka: ‘Tidakkah kalian bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang terpercaya (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas dakwah ini, upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.'” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 141-145)







    Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,







    كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا ‎﴿١١﴾‏ إِذِ انبَعَثَ أَشْقَاهَا ‎﴿١٢﴾‏ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا ‎﴿١٣﴾‏







    “(Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, ketika orang yang paling celaka di antara mereka itu bangkit, lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka: (‘Biarkanlah) unta betina Allah ini dan minumannya’.” (QS. Asy-Syams[91]: 11-13)







    Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,







    قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ ۚ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ







    “Berkata pemuka-pemuka orang yang sombong dari kaumnya itu kepada orang-orang yang dianggap lemah yang dari orang-orang yang beriman kepada Nabi Shalih: ‘Apakah kamu mengetahui bahwa Shaleh itu utusan dari Rabbnya?’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya’.” (QS. Al-A’raf[7]: 75)







    Kabilah Tsamud adalah kaum Nabi Shalih yang Allah utus di tengah-tengah mereka. Dan kaum Tsamud ini masuk dalam kelompok Arab al-‘Aribah (Arab asli). Ini adalah kaum yang sejak dulu berbicara dengan bahasa Arab.







    Kabilah Tsamud ini tinggal di daerah Hijr (antara Hijaz dan Tabuk). Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah ketika mau Perang Tabuk lewat daerah ini.







    Ibnu Umar menceritakan ketika tahun peperangan Tabuk, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah singgah di daerah Hijr bersama para sahabat rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian para sahabat mengambil air dari sumur-sumur yang dulu kaum Tsamud minum darinya. Kemudian mereka membuat adonan dan memasukkan daging-daging di pancinya. Ketika Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tahu,

    • 53 min

Customer Reviews

4.0 out of 5
8 Ratings

8 Ratings

Abu Avicenna ,

Manfaat yang luar biasa

sambil kerja sambil denger tausiyah. Alhamdulillah… ^_^

Sip213ono ,

Subhanallah, sangat bagus

Assallamualikum WR. WB. Sangat bagus, ditunggu episode selanjutnya

Dr AbiSaffa ,

Jazakallah...

Salam..barakallah hu fikum

Sangat bermanfaat cuma harap dapat diupload fail2 secara lengkap seperti di website

Jazakallah
Abu sabrina

Top Podcasts In Religion & Spirituality

The Bible Recap
Tara-Leigh Cobble
The Bible in a Year (with Fr. Mike Schmitz)
Ascension
Girls Gone Bible
Girls Gone Bible
BibleProject
BibleProject Podcast
WHOA That's Good Podcast
Sadie Robertson Huff
Elevation with Steven Furtick
iHeartPodcasts

You Might Also Like

Podcast Dakwah Sunnah
podcastdakwahsunnah
Firanda Andirja Official
Firanda Andirja
Cerita Sejarah Islam
Cerita Sejarah Islam Podcast
Rumayshocom
Rumaysho.com
Radio Muhajir Project
Muhajir Project
Mishary Rashid Alafasy
Muslim Central