Ritus & Langgam Pranoto Jiwo

"Iman adalah sejarah. Terukir dan mendarah. Biarlah segala petuah tetap mengarah pada hidup dan kisah yang jarang diceritakan oleh kebanyakan orang, karena kita adalah apa yang tak pernah mereka kira." Kutipan di atas termuat dalam pengantar buku "Relung Jiwa Pasung Luka: Sehimpun Puisi Untuk Kau Kenang" yang saya susun mulai awal September hingga 24 November 2019.

Sedangkan untuk kutipan "Apa yang kau sebut cinta adalah aku, abadi dalam dirimu" menjadi salah satu penggalan puisi yang saya sisipkan untuk pembaca di awal terbitnya buku ini.

Rencananya, sebagian atau seluruh isi dari buku ini akan dibacakan dan dijadikan podcast. Kedepannya, semua yang saya bacakan bisa didengarkan di Podcast "Ritus & Langgam".

Unggahan ini sendiri adalah Trailer dan pembuka untuk episode yang akan datang.

Oiya, dalam buku Relung Jiwa Pasung Luka, juga berisi 2 prosa yang dijadikan prolog dan epilog. Oleh karena itu, episode pertama akan dimulai dari prolognya terlebih dahulu. Berlanjut ke pembacaan puisi-puisi yang ada di buku.

Selamat mendengarkan. Untuk membaca tulisan yang serupa, bisa kunjungi tautan yang ada dibio.

#kumpulanpuisi #sehimpunpuisi #podcast #rituslanggam #sajakcinta #bukupuisi

Sebuah kutipan puisi yang ditulis oleh Achmad Fauzy Hawi dalam surat pembaca buku "Relung Jiwa Pasung Luka: Sehimpun Puisi Untuk Kau Kenang".

Refleksi atas hidup dan cinta yang terus mengikutinya.

Jendela Rumah Eyang merupakan tulisan yang masuk pada segmen episode Kontemplasi & Surat yang diambil dari kumpulan tulisan Achmad Fauzy Hawi. Di episode Jendela Rumah Eyang ini menceritakan tentang bagaimana memaknai kehilangan, mencoba melapangkan dada, dan menerima kenyataan yang dibawa oleh kehidupan.