Bijak dalam Memberikan Kritik kepada Remaja
Bijak dalam Memberikan Kritik kepada Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 15 Jumadil Akhir 1446 H / 17 Desember 2024 M. Kajian Tentang Bijak dalam Memberikan Kritik kepada Remaja Kita sampai pada pembahasan tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang positif bagi remaja. Salah satu upayanya adalah dengan menjauhkan mereka dari hal-hal yang dapat menjatuhkan mental, seperti kritik yang berlebihan. Ada ungkapan bahwa kritik sebaiknya membangun, tetapi sering kali kita sulit membedakan antara kritik yang membangun dan kritik yang menjatuhkan. Di sinilah para pendidik, terutama orang tua, perlu memahami bahwa kritik yang berlebihan dapat berdampak buruk. Misalnya, orang tua yang terus-menerus memberikan kritik saat berdialog dengan anak remajanya, tanpa diimbangi apresiasi. Memang, ada banyak hal yang mungkin perlu diperbaiki dari anak-anak remaja kita, tetapi pendekatannya tidak selalu harus berupa kritik. Jika hanya fokus mengkritik, kita akan tampak seperti komentator yang miskin solusi dan pelit dalam memberikan apresiasi. Pendekatan yang seimbang antara kritik dan apresiasi sangat diperlukan. Dengan begitu, remaja dapat melihat sisi positif dan negatif dalam dirinya. Sisi positif yang mereka miliki perlu dikembangkan, sedangkan sisi negatif perlu diperbaiki. Jika yang mereka dengar hanyalah kritik, apalagi dalam bentuk yang berlebihan, hal itu justru bisa menjatuhkan mental mereka, meskipun tujuan kritik tersebut sebenarnya untuk membangun. Jadi, kritik yang berlebihan bukanlah metode pendidikan yang baik. Bukan berarti kritik tidak diperlukan, tetapi jika selalu dilakukan secara berlebihan, hal itu justru bisa merusak. Kritik yang negatif, merendahkan, atau menjatuhkan mental harus dihindari. Banyak dari kita yang tidak bisa membedakan antara kritik yang membangun dengan sikap menyalahkan, merendahkan, mendiskreditkan, atau menyudutkan. Sering kali, kritik yang kita sampaikan cenderung mengarah pada hal-hal yang bersifat pribadi, seperti karakter bawaan sejak lahir. Jika seseorang lahir dengan membawa sifat tertentu, lalu hal tersebut terus dikritik, ini akan menjadi beban berat baginya. Sebab, mengubah sesuatu yang merupakan karakter bawaan bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dalam menyampaikan kritik, sehingga dapat menjadi masukan yang membangun, bukan sebaliknya. Seseorang harus bijaksana dalam menghadapi persoalan ini. Jika terus-menerus fokus pada kekurangan atau kesalahan tertentu, hal itu akan menjadi beban bagi anak didik atau seseorang yang menerima kritik. Tidak semua kesalahan atau kekurangan harus selalu ditanggapi dengan kritik. Kritik harus diberikan secara proporsional, seperti garam dalam masakan—tidak boleh terlalu banyak, tetapi juga tidak boleh tidak ada sama sekali. Manusia membutuhkan kritik untuk perbaikan, karena kita memiliki banyak kekurangan. Namun, kritik yang berlebihan justru dapat merusak mental dan hubungan. Orang tua juga perlu menanamkan kesiapan mental pada anak agar dapat menerima kritik. Banyak orang yang tidak siap menghadapi kritikan, sehingga ini menjadi hal yang harus dilatih. Orang tua tidak hanya perlu mengkritik dengan bijaksana, tetapi juga membangun kesiapan mental anak untuk menerima kritik. Salah satu caranya adalah dengan memberikan contoh.